
Memilih masakan Sunda di Bakul Emak Cianjur Jatiwaringin untuk makan malam selepas terjebak macet di jalanan Jakarta dan Bekasi rasanya bukanlah pilihan keliru. Setelah menahan lapar berjam-jam, kami seperti mendapat kesempatan untuk “balas dendam”.
Bagaimana tidak? Warung nasi Sunda punya ciri khas memberikan pelanggan seperti kami kendali penuh untuk memilih lauk yang sudah disajikan. Ambil apa saja, berapa saja, olahan goreng, bakar atau kukus semua bebas kami tentukan.
Belum lagi aneka lalapan segar dan sambal di dalam cobek besar yang langsung hadir di meja hanya sepersekian detik setelah kami duduk. Seperti kode mengizinkan kami untuk menghabiskannya detik itu juga tanpa ada keraguan.
Inilah yang menjadi alasan kami kedua kalinya makan di Bakul Emak Cianjur. Lagi pula dari awal Ramadhan kami juga sedang “ngidam” makan di Ampera, warung nasi Sunda yang terkenal dan banyak cabang. Sayangnya akses untuk ke cabang terdekat pun masih terasa jauh.
Di momen kedua kalinya ini untungnya kami punya kesadaran dan pertahanan diri yang baik. Sehingga kami cukup tahu mana menu makanan yang cocok di lidah kami. Serta seberapa kuat mulut dan perut kami mampu bertahan dari panasnya sambal yang menggunakan cabai “setan” ini.
Berikut ulasan yang bisa TemanJajan pertimbangkan:
1. Pepes Ayam
Kami memesan pepes ayam karena pepes merupakan salah satu menu yang “Sunda banget”. Agar vibes warung Sundanya terasa semakin otentik.
Seperti pepes pada umumnya, menu ini menggunakan pembungkus daun pisang yang tampak sederhana. Namun saat dibuka, TemanJajan akan mencium aroma sedap dengan hint sedikit smokey yang menggugah selera. Aroma ini berasal dari kombinasi daun pisang dengan daging ayam dan rajangan atau cacahan bumbu pepesnya yang dikukus bersamaan.
Bumbunya mantap, tidak ada yang overlaping sehingga ngeblend dengan cukup baik. Kami merasakan kemungkinan besar bumbu ini ada yang diulek atau blender seperti bawang merah, bawang putih dan kunyit. Serta ada bumbu yang dirajang atau cacah seperti sereh, daun kemangi, cabai rawit merah dan kecombrang.
Namun, bumbu rajang atau cacah ini lebih terasa dominan. Bumbu ini membuat aroma rempah lebih keluar. Tapi sayangnya tekstur cacahan bumbu tersebut masih cukup kasar, sehingga sedikit mengganggu saat dikunyah di mulut.
Selanjutnya kami coba menjelaskan hasil ulasan daging ayam yang digunakan. Kami memilih ayam broiler atau pedaging bagian paha karena menu pepes ayam tidak menyediakan pilihan jenis ayam kampung.
Ayam bagian paha ini memiliki tingkat ketebalan dagingnya lebih tipis dari dada. Sehingga saat dimakan terasa empuk cenderung over cook. Kemungkinan karena proses kukusnya yang lama.
Namun, kelebihannya bumbu jadi menyerap hingga ke dalam daging. Sehingga rasa ayam enak dan tidak “anyep”.
Harga: Rp 25.000
Kami memesan ayam bakar dada jenis pedaging atau broiler dengan ukuran sedang. Warna ayam kecokelatan namun cenderung memiliki rasa asin gurih, dengan hint sedikit manis dan smokey. Jauh berbeda dengan ayam bakar khas Jawa yang gurih, manis dan “kental” dengan warna lebih mengkilap.
Menurut kami rasanya cukup enak, terlebih sisi luar ayam tidak ada bagian yang gosong sehingga saat memakannya terasa nyaman. Namun sayangnya bumbu kurang meresap ke daging lapisan dalam. Mungkin karena kami memilih ayam pedaging bagian dada yang memiliki daging tebal.
Satu porsi ayam bakar yang kami pesan ini bisa digunakan sebagai lauk sampai tiga kali tambah nasi.
Harga: Rp 20.000
Awalnya kami ingin memesan cah tauge atau cah kangkung, namun karena kedua menu tersebut habis akhirnya kami memilih cah buncis. Setelah kami cicip, ternyata pilihan kami tidak salah.
Rasa cah buncis ini enak dengan tampilan warna hijau cerah dan potongan memanjang berukuran sedang. Berbeda dengan tumis buncis di Rempah Bistro yang yang disajikan utuh sehingga ukurannya panjang.
Menurut kami cah buncis ini memiliki tekstur crunchy yang sepertinya dimasak dengan api panas dan durasi singkat. Sementara bumbunya terasa lebih kompleks dengan kuah yang berisi bawang putih cincang, bawa merah iris, cabe merah iris, daun bawang serta rasa seperti saus tiram dan kecap.
Harga: Rp 18.000
Selain cah buncis kami juga memesan terong bakar sebagai menu side dish. Menurut kami setelah memakannya, menu ini kurang cocok jika dipadu padankan dengan ayam bakar maupun pepes ayam.
Seperti terong bakar pada umumnya bagian sisi dalam mempunya tekstur empuk sedikit berair. Rasanya plain dengan aroma smokey yang kentara. Sayangnya bagian luar masih banyak sisa kulit yang gosong. Ini sedikit mengganggu makan kami karena bagian makan gosong selain rasanya pahit juga kurang baik bagi kesehatan.
Harga: Rp 8.000
Kami memesan es teler untuk memberi kesegaran sekaligus menyeimbangkan rasa asin gurih dari semu menu makanan yang kami pesan. Es teler ini disajikan di gelas mangkok dan menggunakan sedikit shreded ice.
Porsinya cukup banyak dan mengenyangkan dengan isian alpukat, kelapa, kolang kaling merah, nata de coco dan rumput laut. Secara rasa es teler ini seperti es teler pada umumnya, manis karena kental manis dan gula cair serta sedikit gurih dari bahan santan encer.
Harga: Rp 20.000
Nasi putih yang kami pesan untuk dua porsi disajikan dalam bakul anyaman. Nasinya putih, teksturnya tidak terlalu pulen tapi juga tidak pera. Aroma nasinya wangi karena penyajiannya menggunakan lapisan daun pisang.
Karena nasi disajikan hangat, membuat seluruh lauk, sayur, sambal dan lalapan terasa lebih mantap. Semua diurap jadi satu dengan tangan lalu ngeblend masuk ke mulut dengan penuh kenikmatan.
Meskipun nasi putih yang kami pesan dalam satu bakul untuk dua porsi, namun saat dieksekusi rasanya nasi tidak habis-habis membuat kami jadi nambah hingga kali.
Menurut kami lalapan bersama sambal jadi semacam second character super hero saat makan masakan Sunda.
Di Bakul Emak Cianjur lalapan jadi menu yang disajikan pertama sebelum menu utama muncul. Isiannya terdiri dari timun, kemangi segar dan daun pohpohan. Kami cukup tertarik dengan daun pohpohan ini.
Jika rasa timun dan kemangi sudah familiar di lidah kami, maka berbeda dengan daun pohpohan. Rasanya cenderung getir, semriwing, sepat dengan after taste sedikit pahit.
Meskipun daun pohpohan umum dalam sajian lalapan masakan Sunda, kami hampir tidak pernah memakan jenis daun ini. Saat mencobanya beberapa kali di Bakul Emak Cianjur ternyata memang daun pohpohan kurang cocok di lidah kami.
Namun jika TemanJajan suka lalapan jenis dedaunan yang memiliki rasa getir dan semriwing yang segar, TemanJajan bisa mencoba daun pohpohan ini.
Harga: gratis
Seperti yang kami sebut sebelumnya sambal juga merupakan second character super hero saat makan masakan Sunda. Makanan utama tidak akan jadi lebih enak tanpa menggunakan sambal.
Nah, sambal di Bakul Emak Cianjur ini tipe sambal basah yang menggunakan banyak campuran minyak. Sehingga cabainya tenggelam di dalam minyak dan saat dimakan terasa sangat oily. Berbeda dengan sambal bawang Warung Makan Bu Masitoh yang less oil dengan ulekan cabai bertekstur.
Saat kami rasakan bahan sambal khas Bakul Emak Cianjur ini cukup sederhana. Terdiri dari cabai rawit merah dan bawang putih yang lebih dominan dari bawang merahnya.
Rasa sambal cenderung asin gurih dengan bumbu penyedap rasa yang cukup dominan. Sementara tingkat kepedasannya masuk kategori pedas yang bisa bikin bibir panas dalam 2 – 3 suapan awal, namun masih terasa aman di perut.
Penyajian sambal ini cukup menarik karena menggunakan cobek batu besar yang berbentuk lumpang. Cobek ini menampung isi sambal yang banyak.
Harga: gratis

Rumah makan yang cukup luas dengan konsep kombinasi lesehan dan duduk di kursi. Menu makanan bisa langsung pilih dan ambil sendiri seperti pujasera, selanjutnya request olahan kukus, bakar atau goreng ke pelayan.
Tempat makan nyaman, namun sayangnya pengunjung bebas merokok di dalam area makan. Padahal ada banyak pengunjung keluarga yang membawa anak kecil. Kami pun merasa terganggu karena saat makan berulang kali harus terkena asap rokok dari pengunjung di samping kami.
Ketika kami sampaikan keluhan ke pelayan, pelayan telah meminta maaf namun tetap mewajarkan konsep merokok di area makan ini.
Total ada 30 lebih menu yang terdiri dari aneka olah lauk seperti goreng, bakar dan kukus. Lalu ada aneka sayur cah, tumis, urap dan sayur kuah. Pilihan minumannya juga cukup variatif. Beberapa diantaranya:
- Aneka olahan pepes (ayam, ikan, jamur, tahu)
- Ayam kampung dan pedaging dengan aneka olahan (goreng, kremes, bakar)
- Bebek goreng dan bakar
- Aneka olahan ikan asin
- Aneka ikan goreng, bakar dan pepes
- dan masih banyak menu lainnya
Sayur cah memiliki banyak varian, seperti: cah kangkung, cah tauge, cah buncis. Selanjutnya ada sayur tumis seperti pare dan oncom. Untuk sayur kering TemanJajan bisa memesan urap atau karedok. Sementara sayur berkuah tersedia menu sayur asem.
Selain menu umum seperti teh panas/es dan jeruk panas/es, TemanJajan juga bisa pesan aneka menu es menarik lainnya seperti es campur, es kopyor, es teler, es kelapa muda dan aneka jus buah.
Responsif, ramah, tidak tegas terhadap perokok yang makan di dalam ruang makan
Tunai non-digital, transfer BRI dan BCA
Belum bersertifikat Halal, No Pork No Lard
10.00 – 21.00
25 – 35 orang (meja & kursi normal)
30 – 50 orang (lesehan)
Dine in, Take Away, Online Delivery (Go Food dan Grab Food)
Meskipun ada nama “Cianjur”, ternyata rumah makan ini hanya memiliki tiga lokasi yang ketiganya tidak berada di Cianjur. TemanJajan bisa mengakses ketiga lokasi tersebut dengan klik link google map di bawah ini:
Temukan alamat Bakul Emak Cianjur Jatiwaringin.
Temukan alamat Bakul Emak Cianjur Petamburan
Temukan alamat Bakul Emak Cianjur Citeurep.
*) Klik di sini untuk membaca informasi disclaimer atas konten tulisan berikut. Sehingga pembaca dapat meminimalisir kesalahan pahaman arti, makna, istilah, dan intensi dalam artikel ini.